Selasa, 06 Desember 2011

Sebuah Cerpen Dari Pengalaman Pribadi


Setelah seharian menuntut ilmu, tak terasa waktu telah malam. Rembulan telah menggantikan posisi matahari dan bintang pun menghiasi langit. Seperti biasa dan sebagai orang biasa, aku berjalan sendiri menuju rumah sederhana yang biasa-biasa saja. Walaupun tampak seperti benteng peninggalan zaman kolonial, rumah ini tetap mampu menjadi tempat kami sekeluarga untuk melepas penat.
Namaku Andi. Aku baru berusia 15 tahun dan masih bersekolah disalah satu SMA Favorit di kota tempat ku tinggal. Ayahku bekerja sebagai buruh kasar di pasar sedangkan ibu bekerja sebagai pembantu di rumah tetangga. Aku adalah anak tunggal. Meskipun anak tunggal, aku tidak pernah diistimewakan oleh orang tua ku. Maklumlah, gaji mereka sebulan saja sudah habis untuk biaya ku sekolah.
Setelah selesai mengganti seragam sekolah, aku bergegas menuju dapur. Orang tua ku sudah menanti kedatanganku. Aku kemudian duduk dan mengambil makanan.
“ Nikmat benar ne buk ?, I like it..!!,” kataku memuji masakan ibuku.
“ Ya  habisin dulu, baru komentar, kalo makan jangan sambil bicara,!” ayahku menyela perkataanku.Mendengar perkataan ayahku, aku langsung menuruti perkataannya, sebelum dia marah.
Setelah selesai makan, ayah mendekati ku. “ Andi, gimana sekolah mu tadi ? ada masalah ?, bapak ngeliat temenmu banyak yang bawa HP ? Kamu pengen ? kalo pengen, sabar dulu ya, bapak masih ngumpul-ngumpulin uang..”Ayah berbicara kepadaku.
Aku kemudian membalas perkataannya.“ Ngga usah pak, ntar kita ngga makan, uang SPP juga naik sekarang, buku-buku semua wajib, buku tulis berlogo juga wajib, kalo HP belum begitu perlu, mending uangnya ditabung pak”.
“ Jangan gitu. Bapak tau kamu pengen punya HP,” Ayahku berkata kemudian  pergi kekamarnya. Meskipun wajahnya sehoror Adolf Hitler, Ayahku sangat sayang kepadaku seperti kasih sayang Raja Santanu kepada anaknya Bisma dalam cerita Mahabarata.
Aku kemudian menuju kamar ku. Mendengar perkataan ayahku, aku sangat senang tetapi aku sangat takut jika hal itu memberatkan ayahku. Disisi lain, aku memiliki pacar dan hanya bisa bertemu disekolah. Aku sangat ingin bicara atau hanya sekedar mengirim SMS yang berisi kata-kata sayang dan hal tersebut dapat terpenuhi jika aku memiliki benda yang bernama HP ( handphone). Aku dipusingkan dengan pikiranku sendiri dan tak sadar akupun tertidur…
Aku seperti berada di surga. Sangat indah, tenang dan good looking. Tiba-tiba datanglah seorang wanita. Ia sangat cantik dan manis seperti gula, bahkan lebih cantik dari intan, pacarku yang sangat aku sayang. Dia mendekati ku dan berkata” Buka ini untukku ya, sebelum aku pergi dan mungkin gak kembali lagi”.
Aku hanya bengong dan kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii………iiing, alarm jam menghentikan petualangan ku di dunia mimpi. Aku bergegas bangun dan seperti biasa mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah sebagai murid biasa dengan tampilan yang biasa juga.
Setibanya disekolah, Edi mendekati ku tidak seperti biasanya. Ia seperti dikejar hantu atau seperti dikejar oleh anjing gila.
“ Eeh sob, udah tau  ngga ??, si Intan cewe mu, kemaren pergi ma cowo laen, aku liat  dengan mata kepalaku sendiri. Dan satu lagi, dia ternyata nyembunyiin sesuatu dari loe selama ne. Dia punya HP ne nombernya, ngga ada yang tau selain gue.” Andi berbisik ditelingaku. Dia mungkin berharap Intan tidak menyadari rahasianya diketahui orang lain.
“Ahhh.. ngawur aja loe. Intan ngga  mungkin seperti yang loe bilang, Gue kekelas dulu ya sob, thanks infonya. “ Aku menepuk bahu Edi. Tapi sebenarnya aku  60% percaya dengan berita buruk itu. 60% itu datang karena sudah seminggu Intan menghindar dariku.
Sesampainya dikelas, aku melihat Intan duduk sendirian. Ia melamun dan tidak merespon kedatanganku seperti biasanya. Ia spertinya muak dengan kehadiranku disisinya. Aku mencoba meminta penjelasan darinya namun, ia tetap menghindar seperti magnet yang bertemu dengan kutub sejenis.
            Singkat cerita, bel pulang pun berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar sekolah termasuk aku. Aku masih mencoba mendekati Intan namun hasilnya tetap saja nihil. Tanpa buang-buang waktu lagi aku langsung menuju rumah.
            Setibanya dirumah, ayah mendekatiku dan berkata”Andi, ne HP yang bapak janji’n tempo hari. Semoga bermanfaat ya nak”. Aku gemetar seakan tak percaya. Langsung saja aku isi dengan number HPnya Intan. Karena penasaran dengan sikapnya, aku menelpon dia dan langsung saja dijawab oleh Intan.
            “ Selamat malam, dengan siapa ya?” Intan bertanya kepadaku. Aku menarik nafas panjang kemudian berkata “ Ne Andi say, pacar mu. Aku baru saja dibeliin HP ma bapak ku say..”
“ Oww gitu, kebetulan niih.. besok sebelum bel pelajaran dimulai bisa ngga kita ketemuan di tempat biasa ?? pintanya. “ Tentu.. ku tunggu ya say ???”jawabku dan panggilanku pun diakhiri.
            Semalaman aku memikirkan permintaan Intan. Pikiran ku kalut, akal ku tidak dapat difungsikan lagi. Tak terasa akupun tertidur ditengah kegalauan hatiku. Lagi dan lagi, wanita itu muncul dalam mimpiku. Ia mendekat dan berkata “ Selamat tinggal”. Ia memelukku dan kemudian hilang dengan perlahan dan dengan perlahan pula aku kembali kedunia nyata.
Tidak seperti biasanya, aku bangun lebih awal dari jam alarm ku. Perlahan aku mempersiapkan peralatan sekolah, seragam dan langsung menuju ke sekolah tidak seperti biasanya.
Setibanya disekolah akupun langsung menunggu Intan sesuai dengan permintaannya kemarin. Setelah beberapa lama, datanglah Intan. Ia tidak seperti biasanya. Senyumnya hilang, tawanya lenyap, candanya musnah, yang tertinggal hanyalah sosok wanita yang menyimpan kemuakan terhadap seseorang.
“ Sebenarnya aku ngga kuat lagi, mending kita berteman aja yaa, aku sudah punya yang baru sekarang.” Intan to the point  tanpa menunggu jawaban dari ku, dia langsung pergi tanpa mengucapkan salam terakhir. Aku seperti tersengat listrik, tersambar petir, mata seakan-akan copot  dan jantung seperti tidak nyaman pada tempatnya. Ending yang kurang tepat menurutku.
Tapi mau dikata apa lagi. Nampaknya Keinginan Intan untuk menyudahi hubungannya dengan ku sudah tidak dapat ditawar lagi. Sebelum Intan benar-benar pergi, ku sempatkan diriku untuk memberi ucapan terakhir kepadanya” Ku hormati keputusan mu, tapi ingatlah semua hal yang pernah terjadi diantara kita, semoga kau bahagia dengan lelaki barumu, good bye my sweety”. The end. ( dari kisah nyata dengan sedikit perubahan dan dramatisasi)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar